Sekitar tahun 80-an, ketika saya masih duduk di bangku SD, drama
serial Oshin menjadi satu-satunya tayangan televisi yang paling
ditunggu-tunggu. Ketenaran drama serial ini membuat banyak anak perempuan semur
saya waktu itu yang berkulit langsat dan bermata sipit pasti dijuluki si-Oshin.
Saking terhanyut oleh peran yang dibawakan dengan baik, penggemar serial ini
ikut terharu membayangkan nasib Oshin yang mengenaskan.
Seingat saya, Oshin adalah sosok anak perempuan lugu yang
lahir dari keluarga miskin, ia sengaja ditukar dengan sekarung beras untuk
menjadi pembantu di keluarga pedagang kaya yang temperamental. Selama setahun
penuh Oshin diputar di televisi, terus terang saya sudah lupa ending ceritanya
bagaimana. *Sigh
Nah, senangnya hati saya saat mendengar kabar drama serial
Oshin akan ditayangkan kembali di Indonesia. Sebagai salah satu pemirsa yang
belum bisa move on, tayangan Oshin
hadir kembali dengan gambar yang lebih jernih dalam kualitas HD di channel Waku
Waku Japan sebagai obat kerinduan saya. Waku Waku Japan sendiri merupakan
channel yang menampilkan berbagai kondisi di Jepang melalui tayangan budaya
masing-masing daerah dan produk-produk menarik yang sangat menarik untuk disimak. Di Indonesia,
channel Waku Waku Japan hadir melalui layanan televisi berlangganan seperti
Indovision ch.168, Okevision ch.32, MNC Play Media ch.168, BIG TV ch.280,
FIRSTMEDIA ch. 340, Transvision ch.370, KU BAND Service ch.209, C BAND Service
ch.1209 dan Usee TV ch.582.
Untuk tayangan perdananya, Oshin bisa disaksikan mulai
tanggal 29 Februari 2016 pukul 8 malam di slot tayangan Drama dan Film piihan
setiap Senin-Sabtu jam 8 – 11 malam. Selain Oshin, film Ama-Chan dan Bon
Appetitt yang terkenal secara nasional di Jepang ini mengisi slot Drama Woman masing-masing
selama 15 menit.
Selama tiga jam penuh, setelah tayangan Drama Woman
tersebut, di Jam 10 malam slot Drama Hits akan menampilkan actor dan aktris
dunia dengan soundtrack lagu hitsnya yang memeriahkan anak tangga lagu
Jepang. Di akhir minggu, Marathon Film
akhir pekan menjadi tontonan mahakarya tematik yang sayang sekali jika
dilewatkan.
Dalam konferensi Pers Kamis 18 Februari 2016 kemarin di
Lounge XXI Plasa Senayan Jakarta, pemeran Oshin kecil Ayako Kobayashi ikut hadir
untuk menceritakan pengalaman dan kesan-kesannya selama shooting film Oshin
dulu. Ayako terlihat sangat cantik dan bersahaja dengan balutan kimononya. Ia tampak
gembira sekali menyambut antusiasme pemirsa Indonesia pada tayangan Oshin meski
sudah 30 tahun yang lalu. Dengan bantuan translater, ia menceritakan kesannya
saat adegan di tengah badai salju.
“Kalau nonton di sini adegannya cuma sebentar, padahal butuh
satu hari full untuk shooting. Saat itu adegannya diperankan oleh enam orang
padahal di lokasi ada 80 orang, dengan stafnya sampai 100 orang. supaya tidak
terlihat, stafnya ‘ngumpet’ didalam selimut lalu ditutupi salju. Waktu shooting,
saya ngga bisa bayangkan adegan itu menjadi terkenal sampai sekarang. yang saya
ingat, saat itu kota Yamagata sedang mengalami musim dingin yang paling dingin.”
Kesan lainnya adalah bahasa. Ayako yang waktu itu masih
berusia 10 tahun sempat merasa kesulitan menghafal dialek bahasa daerah
Yamagata. Ia menghafal skrip naskahnya dengan dibantu guru bahasa daerah
Yamagata. Sebagaimana kita tahu, tokoh Oshin diceritakan berasal dari Yamagata
sementara pemerannya Ayako sendiri berasal dari Tokyo yang dialeknya berbeda
sekali.
Sebelum menutup sesi wawancara Ayako menyampaikan pesan,
Oshin merupakan drama yang tidak lekang oleh waktu. Meski jaman sudah berubah,
pesan-pesan kebaikan yang diajarkan di film ini patut dijadikan suri tauladan. Mengambil
situasi pada masa peralihan dari masa perang era Meiji ke era Showa, Oshin
menampilkan semangat kekeluargaan dan kegigihan menerima berbagai cobaan yang
bisa kita contoh.
Selain itu, prinsip “Mangan ora mangan asal ngumpul” dalam
film Oshin mempunyai kesamaan prinsip yang dijalani oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Untuk itulah sebabnya film Oshin mendapat tempat
tersendiri di ‘hati’ pemirsa Indonesia. Harapannya, generasi muda yang belum
pernah menonton Oshin akan sama tertarinya dengan generasi yang sudah pernah
menonton Oshin 30 tahun yang lalu.
Iya ya, memang banyak sekali kultur Indonesia yang mempunyai
kemiripan dengan Jepang, budaya menghormati orang yang lebih tua misalnya. Saya
setuju dengan Ayako untuk mengenalkan tayangan Oshin buat anak-anak saya
daripada tayangan sinetron yang mengajarkan anak-anak untuk dengki dan balas
dendam jika dizolimi seperti tayangan yang marak sekarang ini. Terimakasih
Oshin atas kehadirannya kembali di Indonesia.
masih cantik aja ya , aku nonton juga filmnya dulu
BalasHapusCantik dan santun banget deh mak, aku dulu nonton tapi udah lupa ceritanya mak hehe
BalasHapusDuuh sayang... Nggak bisa hadir di acara itu :(
BalasHapusWah sayang banget mba
Hapus